Bitcoin

Sunday, May 13, 2012

Rejung

Rejung dibahasa Indonesia artinya pantun yang biasanya (dahulu) dibawakan di acara - acara pernikahan.
Seperti :

Andun bejudi siantan andun bejudi
minjam tukul minjam landasan
minjam pulo rintian taji
diulak muaro ngalam
Gendang tecebur di Bengkulu

Baru tadi kami sampai baru tadi
Minjam dusun minjam laman
minjam tepian jalan mandi
Numpang tunak tari semalam
Batak kemambak hati rindu

Alngkah indah gadis di Tanjung
Nanam kerakap di cerebung
Ghumbai tejemugh di jeghami
Anak burung bereba
Mandi ke tengah ghantau Musi

Ku tanggungkan segalo aso kutanggungkan
Aghi akap selindang rembun
Panas betudung matoaghi
Hati kusut mengarang pintau
Sukagh ngulang usai mbak dulu

Bumbun akagh nebang kayu bumbun akagh
Ndun sekendun jawai tinggi
Burung keling midang ke jangku
Hinggap ke laman maro bero

Rindu mencakagh lah lamo rindu mencakagh
Cakaghi kudung rimbang aghi
Lantar kuning mbak mano aku
Mandangkan usai bepenano

Pandai begelang cak lelo pandai begelang
Begelang beputu pulo
Sumbang abang cincin kemelip

Tanggai berisi gading bungo
Di kayu aro lang betenggu di kayu aro
Beringin di empang pulut lintang sukaghlah badan merindu io

Lading kuning tiang seketing lading kuning
Bataklah midang ke berugo
Pesan kepado cincin lilit
Bataklah midang ke betani

Biring kuning ku apokan biring kuning
kukuak sedundun ngulang nyawo
kini diingun radin alit
Payahlah badan merindu oii

Obat luat takil kelempang obat luat
Takut burung merba mandi
Burung berba mandi jugo
Terulok ampaian tudung betapo ulagh lidi

Apo buat sarak berkudung apo buat
Takut burung berubah hati
Burung berubah hati jugo
Janganlah nyimpang ke lain, kurang perujung nian kami

Bedil repati meletup bedil repati
Simbat meriam apit awal
Riau siamang diulak tebat

Anyit ati ruoio bae lumat ati
Padang serupo jinak lalatan
Terbang mengisir awan putiah

Kantur baru Bengkulu bekantur baru
Tiang rumas kemudi besi, perangkan lipai semat kerap
Tugalkan padi bawah bulua

Budi si anu kami la tau budi si anu
Karap belum beghani mati cukut belum beghani ilang
kalau di mulo iluak ka ngaghap dalam ati betulak jaua

Pandan besisir gemulunglah daun pandan besisir
Sangkan gemulung suli jadi
Aur ditanam tumbuah betung
Benintinglah ayam mamak depati

Bulan abis tauh bekesir
Unli menunggu kato sepatah
Kalau mbak samo ngedingkannyo
Keghing laut buliah dinanti.


Cited from rejang-lebong.blogspot.com

Share

Tari Adat Serawai

Masih jelas diingatan saya, sewaktu kecil jikalau ada upacara perkawinan adat selalu ada tarian adat, rejung, bedindang. Tapi seperti semakin kesini karena arus zaman yang kejam ikut menggerus nilai - nilai adat yang ada di tanah Serawai. Tarian, rejung, dan bedindang telah diganti dengan Organ Tunggal yang menampilkan penyanyi - penyanyi dan musik yang merusak masa depan para pemuda.
Sebagai nostalgia saya akan masa kecil terutama tentang tarian, dan secara tidak sengaja saya menemukan informasi tentang tarian adat Serawai.
Seperti kita ketahui setiap daerah memiliki tari tersendiri, hal terssebut mencerminkan sesuatu yang erat dengan kebiasaan mereka dan alam di sekitar mereka.

Tari Serawai adalah salah satu tari yang mengikuti alur ombak laut (irama ombak laut gemulai lemah). Di dalam lemah ada waktu berputar agak cepat. Begitu juga nada pantunnya (rejung), lembut, naik keras atau tinggi, setelah tinggi menurun berangsur-angsur rendah sampai habis, hal ini dikarenakan Suku Serawai bertempat di pesisir pantai Sumatra.

Tari Serawai biasa dilakukan untuk hal-hal yang dianggap penting, seperti:

  1. Acara pernikahan atau Bimbang Balai
  2. Acara khitanan anak atau mencukur rambut anak yang baru lahir.
  3. Acara untuk menyambut tamu yang datang dari jauh, hal ini dilakukan sebagai penghormatan bagi tamu tersebut.
  4. Acara pada perayaan hari besar,
Dalam pelaksanaannya harus menpelajari tata cara dan adat istiadat tarian serawai tersebut dan apa saja yang tidak boleh dilangar, orang yang dapat melaksanakan tarian ini bukan orang sembarang atau orang yang menari tidak boleh seketurunan atau sepuyang.

Misalnya: Keturunan Margo Semidang Bungomas boleh menari dengan keturunan Margo Semidang Anak Panggi dan keturunan Margo Kuto Padang boleh juga menari dengan keturunan Margo Semidang Bungomas. Apabila ketentuan ini dilangar maka akan dikenakan saksi adat atau denda, dan tarian dihentikan. Tetapi aturan ini sekarang sudah tidak berlaku karena tidak dijalankan :(

Untuk melaksanakan tarian haruslah meminta izin dari kepala adat atau kepala desa setempat, yang fungsinya agar pelaksanaan tarian berjalan dengan lancar. Izin tersebut disampaikan seorang laki-laki dewasa dengan membawa sebuah tempat sirih (ceranoan), dengan memakai kain pelikat, baju jas tangan panjang berkopiah. Laki-laki yang meminta izin tersebut meminta izin dengan berkata-kata

"Saya menghadap Kepala Desa membawa tempat sirih (ceranoan) dengan segaja untuk mengadakan Tarian Adat Sewarai, sehubungan dengan keperluan (sebutkan keperluan apa yang sedang berlangsung). "


Kepala Desa menjawab :

"Diizinkan dengan syarat jaga keamanan, penerangan yang cukup, lawan nari harus selawanan, bunyi redap kelintang harus baik, kesopanan pakaian diwaktu menari harus sopan, duduk perempuan dan laki-laki harus beraturan, dan diterangkan juga beberapa desa sebagai lawan menari."

Untuk mengajak tamu (menda) untuk turun menari haruslah seorang laki-laki berpakian sopan dengan membawa sebuah tempat sirih (ceranoan), menghadap kepada ketua rombongan dengan menuturkan beberapa kalimat, yaitu:

"Aku sebagai wakil dari bujang dan gadis desa ini mengajak bujang dan gadis rombongan bapak-bapak untuk mengadakan tarian adat, semua kelengkapan untuk menari telah kami sediakan. "

Tutur tersebut biasanya di tanggapi oleh ketua rombongan dengan kalimat, yaitu:

"Aku setuju dan Aku izinkan."

Selanjutnya ketua rombongan memanggil perempuan setegah baya untuk memerintahkan agar menemani bujang dan gadis desa ini.

Tari adat serawai selain berupa kesenian suku serawai juga berfungsi sebagai sarana mempertemukan bujang dan gadis, agar mereka saling mengenal dan akrab. Apabila seorang gadis yang datang haruslah membawa teman atau orang tua perempuan atau juga yang mewakili sepeerti bibi atau wakil yang dapat dipercaya, pulang dan pergi haruslah bersama-sama yang disertai oleh lampu sebagai penerang, biasanya kegiatan ini juga sebagai sarana orang tua gadis ataupun orang tua bujang untuk mencarikan jodoh untuk anaknya.

Tarian ini dilaksankan pada malam hari yang diterangi oleh lampu minyak. Bujang dan gadis yang datang duduk dan bicara diatas tikar yang telah disediakan dan dihadapan mereka ada sebuah tempat sirih (ceranoan) sebagai adat sopan suku serawai. Dalam pelaksanaannya tarian ini harulah memenuhi syarat-syarat yang telah menjadi ketentuan dan bujang dan gadis tidak boleh keluar dari lingkungan acara tersebut atau ke tempat yang gelap.


 
Tata Cara Berpakaian Pada Saat Pelaksanaan Tari

Tata cara berpakaian pada saat menari haruslah dijaga, pakaian harus rapi dan sopan yang sesuai dengan adat, kalau memakai celana panjang haruslah dilapisi dengan kain pelekat. Inilah amanat dari kepala desa atau yang mewakilinya.

Untuk gadis, berhias di rumah dengan memakai kain, baju kebaya pendek, selendang (tudung) dan membawa kipas kecil.
Untuk Bujang, berhias di rumah dengan memakai kain pelikat, baju jas atau baju tangan panjang dan tidak dimasukan ke dalam kain, berkopiah dan membawa kipas kecil. Waktu menari pakaian jas hitam, kemeja putih, kancingan baju dipasang, semua kain batas mata kaki, pincungan kain jangan segenjutan, pincang pada saat menari diangkat dengan cara digeser.


Pelaksanaan Tarian

Sebelum masyarakat menari pada malam itu, tarian harus didahului oleh tari kelipa atau tarian yang ditarikan oleh petugas pemegang adat yang dilakukan oleh pemegang adat dan dijaga oleh penghulu adat atau perangkat desa.

  1. Tari kelipa pengantin pria, inang dan kawan-kawan batin mudo, batin setengah tuo menari bersamaan dan mereka tidak memakai pakaian pengantin. Tari kelipah ini berkeliling sebanyak tujuh kali tidak memakai kipas dan tidak melantunkan pantun (rejung) tetapi hormat kepada pemegang adat tetap dilakukan.
  2. Tari kelipa pengantin perempuan, inang serta kawan-kawan gadis kerbai mudo, kerebai setengah tuo menari bersamaan dan mereka tidak memakai pakaian pengantin. Tari kelipah ini berkeliling sebanyak tujuh kali tidak memakai kipas dan tidak melantunkan pantun (rejung) tetapi hormat kepada pemegang adat tetap dilakukan.
Desa yang mengadakan Bimbang Bebalai akan mengundang Kepala Desa tetangga untuk meminta bantuan melaksanakan Bimbang Bebalai di desanya. Pada saat pelaksanaan tarian, sewaktu akan tegak menari, redap kelintang (alat musik di suku Serawai) telah berbunyi. Hormat kepada penghulu adat atau yang mewakilinya yang duduk di kursi yang menghadap meja serta sebuah tempat sirih (ceranoan) sebagai pelambang adat dan orang yang duduk di tempat tersebut adalah penguasa adat atau Kepala Desa. Pada saat tarian berlangsung, petugas keamanan (jenang tari) menertibkan lawan penari agar jangan salah pasangan atau lawan. Sebab itu orang yang brtugas sebagai keamanan (jenang tari) haruslah orang yang benar-benar mengerti siapa saja yang harus berlawanan dan tidak pada saat menari.

Tempat menari atau arena menari (kebung penarian) berbentuk lingkaran, di tengah-tengah arena tersebut ditancapkan sebatang kayu, yang fungsinya sebagai tempat mengikat lampu kecil, di mana lampu tersebut melambangkan seluruh bujang dan gadis tidak boleh duduk dan berbicara berdua-duaan di tempat yang gelap, harus di tempat yang terang apa bila melangar akan dikenakan saksi adat. Walaupun dalam pelaksanaan tarian tersebut orang tua, kakak, sanak saudara gadis ataupun bujang menyasikan tarian tersebut, mereka tidak boleh mencurigai atau menggangu asalkan mereka berbicara secara sopan dan santun di tempat yang terang, hal inilah yang dinamakan adat istiadat Serawai.

Pada saat tegak menari , bujang ataupun gadis haruslah memberi hormat terlebih dahulu kepada penghulu adat atau yang mewakilinya. Redap kelintang dibunyikan para penari mulai melangkah.
  • Untuk gadis, langkah tidak boleh diangkat, kedua tangan diangkat sedikit, kipas dipegang dan telapak tangan dibuka dan digerak-gerakan.
  • Untuk bujang, kipas dimasukan ke dalam saku baju. Gadis dan bujang tariannya sama. Setelah berkeliling sambil menari dan beerhadap-hadapan, bujang dan gadis harus memutar membelakangi secara bersama-sama dan berhadap – hadapan dan sama-sama saling memberikan rindingan, setelah kurang lebih sepuluh menit kipas dibuka (mengipas) sama seperti mengipas pada saat berhadap-hadapan yang sama-sama dihadapkan ke wajah. Pada saat mengipas tangan kiri ditekankan ke pingang, tangan kanan memegang kipas yang dihadapkan ke wajah, lamahnya lebih kurang sepuluh menit. Apa bila kipas dikuncupkan maka tarian tersebut bertanda akan berhenti dan diteruskan dengan pantun (rejung) saling berbalas-balasan antara gadis dan bujang.
Pantun (rejung) ini berupa sindiran yang halus dan berbahasa Serawai halus. Di dalam uraian pantun (rejung) inilah orang akan mengetahui bahwa bujang dan gadis tersebut akan segera bertunangan.

Pada saat berpantun (berejung) redap kelintang dihentikan dan apabila pantun (rejung) telah selesai disampaikan maka redap kelintang dibuyikan kembali dan juga pertanda penari baru akan tegak menari mengantikan penari yang baru selesai menari, yang sebelumnya keamanan (jenang tari) telah menetapkan penari yang akan menari. Sewaktu berhadapan bila ada diantara penari tidak berlawanan maka salah satu dari mereka (bujang atau gadis) harus mundur dan menunggu pasangan berikutnya.

Pasangan tari selawanan atau tari tudingini dapat dipasangkan satu bujang lawan satu gadis, dua bujang lawan dua gadis, dua gadis lawan tiga bujang, atau tiga bujang lawan tiga gadis. Tetapi biasanya sebelum penari menari mereka telah bernegosiasi kepada keamanan tari (jenang tari) agar dapat berlawanan kepada gadis atau bujang yang telah dikenalnya. Selesai menari bujang dan gadis kembali ke tempat ketua rombongan sera kawan-kawannya dan dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih lanjut (selayaknya bujang dan gadis pada umumnya), tempat pembicaraan tersebut diletakan sebuah tempat sirih (ceranoan), yang disertai makanan kecil secukupnya untuk dimakan bersama-sama, pembicaraan mereka harus dengan bahasa yang sopan dan santun. Setelah bebrapa lama berbiara sibujang biasanya menuturkan pertanyaan kepada si gadis, yang pertanyaan tersebut fokusnya pada pertunangan mereka atau kapan mereka akan bertunangan, si gadis biasanya akan meminta tanda atau ciri gadai untuk bukti laporan kepada orang tuanya. Bukti tersebut berupa atau berbentuk cincin emas yang memang sebelumnya telah dipersiapkan oleh si bujang, dan cincin tersebut diberikan pada si gadis yang disaksikan oleh perempua tua sebagai ketua rombongan. Sepulang dari acara tersebut mereka diharuskan memberi tahukan orang tua mereka bahwa mereka telah bertunangan dengan bukti sebuah cincin emas sebagai ciri gadai dari si bujang, maka pertunangan tersebut akan dibicarakan lebih lanjut oleh orang tua mereka.

Source : rejang-lebong.blogspot.com

Share

Saturday, May 12, 2012

Hang Tuah

nama Hang Tuah sebetulnya dah lama saya dengar, saya hanya tahu nya dia nya seorang tokoh karena nama Hang Tuah banyak dipakai sebagai nama jalan (Jl. Hang Tuah), nama yayasan, nama sekolah/perguruan. Sempat terpikir siapakah dia ini karena disetiap kota namanya diabadikan sebagai nama jalan, perguruan/yayasan sedangkan di pelajaran sejarah dari SD sampai SMA saya tidak mendengar namanya disebut - sebut.
Akhir - akhir ini saya lagi terpesona dengan lagu 50's (Said Effendi, Sam Saimun, Ismail Marzuki, etc) dan rentak melayu yang dibawakan oleh Iyeth Bustami. Salah satu lagu yang dibawakan Iyeth Bustami berjudul "Hang Tuah" ciptaan Husni Thamrin, barulah saya tergelitik untuk mencari tahu siapa sebenarnya Hang Tuah :D.

"Hang Tuah"
Cipt : Husni Thamrin
Vocal : Iyeth Bustami

Dang Merdu bunda berjasa
Melahirkan putra perkasa
Hang Tuah laksamana satria
Teladan negeri dan bangsa

Dari Bintan Kepulauan Riau
Gaung baktimu ke segenap rantau
Walau kini engkau telah tiada
Fatwamu tiada kan sirna

Tuah sakti hamba negeri
Esa hilang dua terbilang
Patah tumbuh hilang kan berganti
Takkan Melayu hilang di bumi

Engkau susun jari sepuluh
Menghatur sembah duduk bersimpuh
Halus budi resam Melayu
Hang Tuah ooo... Hang Tuah

Karena penasaran dengan "Hang Tuah" makanya saya seraching dengan keyword "Hang Tuah" akhirnya saya menemukan mulai dari puisi, hikayat yang mempunyai banyak versi. Malah ada yang mempertanyakan apakah Hang Tuah ini sekadar Hikayat atau merupakan sejarah.
Puisi tentang "Hang Tuah" yang saya temukan adalah karya Amir Hamzah seorang sastrawan Pujangga Baru.

"Hang Tuah"
Cipt: Amir Hamzah

Bayu berpuput alun digulung
Bayu direbut buih dibubung

Selat Melaka ombaknya memecah
Pukul Memukul belah membelah

Bahtera ditepuk buritan dilanda
Penjajah dihantuk haluan ditunda

Camar terbang riuh suara
Alkamar hilang menyelam segara

Armada Peringgi lari bersusun
Melaka negeri hendak diruntun

Gulyas dan pusta tinggi dan kukuh
Pantas dan angkara ranggi dan angkuh

Melaka! Laksana kehilangan bapa
Randa! Sibuk mencari cendera mata!

Hang Tuah! Hang Tuah! Dimana dia?
Panggilkan aku Kesuma Perwira!

Tuanku Sultan Melaka, maharaja bintan
Dengarkan kata Bentara Kanan

"Tun Tuah, di Majapahit nama termasyhur,
badan sakit rasakan hancur!"

Wah, alahlah rupanya negara Melaka
Karena Laksamana ditimpa mara

Tetapi engkau wahai kesturi
Ku jadikan suluh, mampukah diri?

Hujan rintik membasahi bumi
Guruh mendayu menyedihkan hati

Keluarlah suluh menyusun pantai
Angkatan Portugal hajat diintai

Cucuk diserang ditikam seligi
Sauh terbang dilempari sekali

Lela dipasang gemuruh suara
Rasakan terbang ruh dan nyawa

Suluh Melaka jumlah kecil
Undur segera mana yang tampil

"Tuanku, armada peringgi sudahlah dekat
Kita keluar dengan cepat

Hang Tuah coba lihati
Apakah 'afiat rasanya diri?"

Laksamana Hang Tuah mendengar berita
Armada Peringgi duduk di kuala

Minta didirikan dengan segera
Hendak berjalan ke hadapan raja

Negeri Melaka hidup kembali
Bukanlah itu Laksamana sendiri

Laksamana, cahaya Melaka, bunga Pahlawan
Kemala setia maralah Tuan

Tuanku jadikan patik tolak bala
Turunkan angkatan dengan segera

Genderang perang disurunya palu
Memanggil imbang iramanya tentu

Keluarlah Laksamana mahkota ratu
Tinggallah Melaka didalam ragu ...

Marya! Marya! Tempik peringgi
Lela pun meletup berganti - ganti

Terang cuaca berganti kelam
Bujang Melaka sukma di selat!

Amuk-beramuk buru-memburu
Tusuk-menusuk laru-meluru

Lela rentak berputar-putar
Cahaya senjata bersinar-sinar

Laksamana mengamuk diatas pusta
Yu menyambar umpamanya nyata

Hijau segara bertukar warna
Silau senjata pengantar nyawa

Hang Tuah empat berkawan
Serangnya hebat tiada tertahan

Cucuk peringgi menarik layar
Induk dicari tempat berhindar

Angkatan besar maju segera
Mendapatkan payar ratu

Melaka Perang ramai berlipat ganda
Pencalang berai temapat ke segala

Dan Gubernur memasang lela
Umpama guntur di terang cuaca

Peluru terbang menuju bahtera
Laksamana dijulang ke dalam segara.

Yup itu adalah puisi dari Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru dan Pahlawan Nasional. Berdasarkan hasil searching dapat saya simpulkan bahwa "Hang Tuah" adalah seorang tokoh yang sangat berpengaruh di dunia/peradaban Melayu. Kenapa saya hanya menyimpulkan sebatas itu karena banyaknya versi yang beredar baik itu di Malaysia maupun di Indonesia.

Di wikipedia disebutkan bahwa penggambaran Hang Tuah dari beberapa versi Sulalatus Salatin berbeda, ada yang menyebutkan bahwa ia dahulunya adalah seorang nelayan miskin, sementara versi lain menyebutkan bahwa ia berasal dari keturunan bangsawan Makassar.
Pada masa mudanya, Hang Tuah beserta empat teman seperjuangannya, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu membunuh sekelompok bandit-bandit dan dua orang yang berjaya menghancurkan desa dengan amarahnya. Bendahara (sederajat dengan Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan sekarang) daripada Melaka mengetahui kehebatan mereka dan mengambil mereka untuk berkerja di istana.
Semasa ia bekerja di istana, Hang Tuah membunuh seseorang petarung dari Jawa yang terkenal dengan sebutan Taming Sari, yang dibawah pemerintahan Kerajaan Majapahit, Konon Taming Sari dikenal pandai berkelahi,kebal senjata dan dapat menghilang,kemudian dilawan oleh Hang Tuah diketahui yang membuat Taming Sari sakti terletak pada kerisnya, Hang Tuah berhasil merebut keris tersebut kemudian membunuh Taming Sari. Kemudian keris tesebut diambil Hang Tuah dan diberi nama Taming Sari, setelah menjadi kepunyaannya dan dipercayakan bahwa keris itu dapat berkuasa kepada pemiliknya untuk menjadi hilang.
Hang Tuah dituduh berzinah dengan pelayan Raja, dan didalam keputusan yang cepat, Raja menghukum mati Laksamana yang tidak bersalah. Namun, hukuman mati tidak pernah dikeluarkan, karena Hang Tuah dikirim ke sebuah tempat yang jauh untuk bersembunyi oleh Bendahara.
Setelah mengetahui bahwa Hang Tuah akan mati, teman seperjuangan Hang Tuah, Hang Jebat, dengan murka ia membalas dendam melawan raja, mengakibatkan semua rakyat di situ menjadi kacau-balau. Raja menyesal menghukum mati Hang Tuah, karena dialah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk membunuh Hang Jebat.
Secara tiba-tiba, Bendahara memanggil kembali Hang Tuah daripada tempat persembunyiannya dan dibebaskan secara penuh daripada hukumannya oleh raja. Setelah tujuh hari bertarung, Hang Tuah merebut kembali keris Taming Sarinya dari Hang Jebat, dan membunuhnya di dalam pertarungannya. Setelah teman seperjuangannya gugur, Hang Tuah menghilang dan tidak pernah terlihat kembali.

Versi yang dari wikipedia ini kurang memuaskan rasa penasaran saya, maka dari itu saya seraching dan mendapatkan hikayat Hang Tuah, Pada masa lalu, dikenal seorang kesatria bernama Hang Tuah. Ketika masih anak-anak, ia beserta orang tuanya, Hang Mahnud dan Dang Merdu, menetap di Pulau Bintan. Pulau ini berada di perairan Riau, dengan rajanya bernama Sang Maniaka, putra dari Sang Sapurba, raja besar yang bermahligai di Bukit Siguntang. (red: Bukit Siguntang??? Bukit Siguntang yang di Palembang kah??)
Hang Mahmue berfirasat bahwa kelak anaknya akan menjadi seorang tokoh yang terkemuka. Saat berumur sepuluh tahun, Hang Tuah sudah pergi berlayar ke Laut Cina Selatan dengan disertai oleh empat orang sahabat karibnya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Dalam perjalanannya, mereka berkali-kali diganggu dan diserang oleh gerombolan lanun. Dengan segala keberaniannya, kelima sahabat itu mampu mengalahkan lanun-lanun yang terbilang ganas dan sadis dan berkuasa di tengah laut dengan merampok harta benda kapal-kapal yang lewat. Kabar keberanian mereka terdengar sampah ke telinga Bendahara Paduka Raja Bintan, dan sangat kagum terhadap keberanian mereka.
Suatu ketika, Hang Tuah dan keempat sahabatnya berhasil mengalahkan empat pengamuk yang berbuat huru hara dan menyerang Datuk Bendahara. Kelima sahabat itu kemudian dijadikan anak angkat Datuk Bendahara. Kehebatan dan keberanian kelima sahabat itu juga disampaikan Datuk Bendahara kepada Baginda Raja Syah Alam, yang mengangkat mereka sebagai anak angkat Baginda juga.
Beberapa tahun kemudian, Baginda Raja berniat mencari daerah baru sebagai pusat kerajaan. Ia beserta punggawa kerajaan, termasuk Hang Tuah dan para sahabatnya, melancong ke sekitar Selat Melaka dan Selat Temasek. Rombongan akhirnya singgah di Pulau Ledang. Di sana rombongan melhat seekor pelanduk (kancil) berwarna putih, yang sangat sulit untuk ditangkap. Menurut petuah orang tua-tua, jika menemui pelanduk putih di suatu hutan maka tempat itu sangat bagus dibuat negeri. Akhirnya di sana dibangun sebuah negeri yang diberi nama Melaka, sesuai nama pohon Melaka yang ditemukan di tempat itu (laaah versi lain menyatakan kalau yang mendirikan kerjaan Melaka dan menemukan Temasek adalah Parameswara dari kerajaan Sriwijaya yang melarikan diri dari serangan Majapahit .... yg mana yang benar yaak ???)
Setelah beberapa lama memerintah, Baginda Raja yang masih perjaka itu bermaksud meminang putri cantik Datuk Bendahara Seri Benua dari Kerajaan Indrapura, bernama Tun Teja. Namun sayangnya, Tun Teja menolak pinangan itu. Tidak berputus asa, karena tidak berjodoh dengan putri dari Kerajaan Indrapura, Baginda Raja kemudian meminang Putri tunggal Seri Betara Majapahit, seorang raja yang sangat berkuasa. Putrinya bernama Raden Galuh Mas Ayu, menerima pinangan Baginda Raja dan menjadi Permaisuri Kerajaan Melaka.
Alkisah, sehari menjelang pernikahan, di istana Majapahit terjadi kegaduhan, yakni seorang perajurit Majapahit yang sudah berumur tua tapi teramat tangguh, bernama Taming Sari berbuat onar, mengamuk tanpa sebab musabab. Hang Tuah kemudian berusaha menghadang dan menghentikan amuk lelaki tua itu. Konon ia tidak mempan dengan senjata apapun. Hang Tuah bersiasat, yakni dengan cara menukarkan kerisnya dengan keris Taming Sari. Setelah keris bertukar, Hang Tuah kemudian berkali-kali menghunjamkan keris sakti ke tubuh perajurit handal Majapahit itu yang juga bernama Taming Sari. Lelaki perkasa itupun akhirnya rubuh bersimbah darah dikalahkan oleh Hang Tuah, dengan senjatanya sendiri. Hang Tuah kemudian diberi gelar kepahlawanan dengan menyandang nama Laksamana Hang Tuah dan keris Taming Sari dihadiahkan Seri Betara Majapahit kepada kesatria Melayu itu.
Baginda Raja bersama permaisuri dan rombongannya kemudian kembali ke Melaka. Selama bertahun-tahun negeri ini aman dan tenteram. Hang Tuah menjadi Laksamana yang amat setia kepada raja. Hal ini membuat rasa iri dan dengki perajurit dan pegawai istana. Suatu ketika tersebar fitnah yang menyebutkan Hang Tuah telah berbuat tidak sopan dengan seorang dayang istana. Penyebar fitnah itu adalah Patih Kerma Wijaya, yang sebenarnya merasa iri kepada sang Laksamana. Baginda Raja menjadi murka mendengar kabar itu dan memerintahkan Bendahara Paduka Raja agar mengusir Hang Tuah. Tuan Bendahara sebenarnya enggan melaksanakan titah Baginda, karena beliau tahu Hang Tuah tidak bersalah. Tuan Bendahara menyarankan agar Hang Tuah cepat-cepat meninggalkan Melaka dan pergi ke Indrapura.
Di Indrapura, Hang Tuah mengenal seorang perempuan tua bernama Dang Ratna, inang Tun Teja, yang kemudian menjadi ibu angkat Hang Tuah. Hang Tuah memohon agar Dang Ratna untuk menyampaikan pesan kepada Tun Teja agar mau menyayangi dirinya. Hal mana kemudian diterima dengan baik oleh Tun Teja dan mereka kemudian menjadi sangat akrab.
Suatu waktu, Indrapura kedatangan perahu Melaka yang dipimpin oleh Tun Ratna Diraja dan Tun Bija Sura yang sengaja datang untuk menjemput Hang Tuah agar bersedia kembali ke Kerajaan Melaka. Hang Tuah dengan kebesaran hati dan rasa cintanya di tanah Melaka memenuhi permintaan itu. Dia bersama Ibu angkatnya Dang Ratna dan bersama Tun Teja kembali ke Melaka. Sesampainya di Melaka, yang telah cukup lama ditinggalkanya, Hang Tuah bersimpuh menemui Baginda Raja, sembari memohon maaf Hang Tuah berkata “Mohon maaf Tuanku, selama ini hamba tinggal di Indrapura. Hamba kembali ke Melaka untuk tetap mengabdikan diri setia kepada Baginda. Dang Ratna juga menyampaikan maafnya, dan menyatakan mereka datang bersama Tun Teja, yang dahulunya telah menjadi idaman Baginda Raja. Atas persetujuan, kedua insan itu akhirnya menjalin ikatan sebagai suami isteri. Dan Tun Teja,bersedia menjadi isteri kedua Baginda Raja, meskipun sebenarnya Tun Teja telah menaruh hati terhadap Hang Tuah. Namun jodoh berkata lain. Adapun Hang Tuah, kembali menjabat sebagai Laksamana kerajaan Melaka.
Setelah bertahun-tahun mengabdi di Melaka, kembali fitnah menimpa Hang Tuah. Baginda Raja teramat murka. Tak menyangka Hang Tuah kembali melakukan tindakan durjana. Baginda kali ini bahkan meminta Tuan Bendahara agar Hang Tuah dihukum mati. Betapapun, Tuan Bendahara tak sampai hati melakukan titah Baginda Raja untuk membunuh Hang Tuah yang tidak bersalah. Hal mana kemudian Laksamana Hang Tuah diminta meninggalkan Melaka dan mengungsi ke Hulu Melaka. Sebelum beranjak untuk kedua kalinya meninggalkan Melaka, Hang Tuah menitipkan keris Taming Sari ke Tuan Bendahara agar diserahkan kepada Baginda Raja.
Sepeninggal Hang Tuah, Baginda Raja kemudian menunjuk Hang Jebat sebagai Laksamana. Baginda menyerahkan keris Taming Sari kepada Hang Jebat. Sepeninggal Hang Tuah, sahabatnya Hang Jebat lupa diri dan menjadi mabuk kekuasaan. Ia bertindak sewenang-wenang. Bertindak tidak sopan terhadap para pembesar kerajaan, apalagi terhadap dayang-dayang dan rakyat jelata. Konon, dia berbuat demikian karena kecewa terhadap Baginda Raja yang telah mengusir Hang Tuah dari kerajaan Melaka. Banyak orang yang telah memberikan nasihat dan fatwa tapi Hang Tuah tak beranjak dari berbuat angkara. Bahkan bujukan dari sahabatnya Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu tiada pula ditampiknya. Dia tetap keras kepala dan tetap berbuat onar dengan berbagai perbuatan durjana. Tentu saja, Baginda Raja menjadi gusar melihat tingkah laku Hang Jebat yang semakin menjadi-jadi. Apatah lagi, tak seorang pun yang sanggup dan mampu mengalahkan Hang jebat. Banyak yang sudah menjadi korban. Para pendekar dan prajurit istana pun tak kuasa mengalahkannya. Akhirnya, Baginda lalu teringat kepada Laksamana Hang Tuah. Gayung bersambut, kembali Tuan Bendahara bercerita yang sebenarnya bahwa Hang Tuah tiada dibunuh, namun mengungsi ke Hulu Melaka. Baginda dengan teramat sangat menitahkan Tuan Bendahara kembali menjemput Hang Tuah, dengan maksud dapat menghentikan tindakan tercela Hang Jebat yang durhaka. Kesetiaan tiada tara kepada kerajaan Melaka, membuat Hang Tuah bersedia kembali ke istana.
Kedua sahabat yang lama berpisah akhirnya bertemu, namun dalam suasana berbeda. Tak ada jalan lain, keduanya saling menunjukkan kedigjayaanya. Dengan keris pemberian Baginda Raja bernama Purung Sari, Hang Tuah berlaga dengan Hang Jebat yang punya kekuatan mumpuni, karena keris sakti Tameng Sari berada ditangannya. Ironis, dua sahabat bertarung sampai mati. Yang satu karena setia, yang lainnya karena mendurhaka kepada Baginda Raja. Pertempuran yang sangat hebat, apatah lagi Hang Jebat memperoleh kesaktian ganda dari keris Tameng Sari yang pernah dimiliki Hang Tuah. Namun, pada akhirnya yang salah, pasti binasa. Keris Taming Sari dapat direbut Hang Tuah, dan menusuknya ke tubuh sahabatnya Hang Jebat. Jebat pun mati berkalang tanah oleh sahabatnya sendiri dan menghabiskan nafas penghabisan dipangkuan Laksamana Hang Tuah.
Setelah kematian Hang Jebat, kerajaan Melaka kembali aman sentosa. Hang Tuah kembali menyandang gelar Laksamana Melaka. Pada tahun-tahun itu kerajaan Melaka menjadi negeri yang tentram dan ramai dengan kegiatan perdagangan antarbangsa. Laksamana Hang Tuah sering melawat ke negeri Judah, dan negeri Rum untuk memperluas pengaruh kerajaan Melaka di seluruh dunia.
Baginda Raja suatu ketika berkenan mengirimkan utusan dagang ke kerajaan Bijaya Nagaram di India, dan tentu saja, Laksamana Hang Tuah-lah yang memimpin duta kerajaan. Armada yang dipimpin Hang Tuah sempat melanjutkan perjalanan usaha dan muhibahnya itu setelah dari India ke negeri Cina. Di sana mereka rupanya mendapat perlakuan yang kurang baik dan berselisih dengan orang-orang dari Portugis di pelabuhan negeri Cina.
Orang-orang Portugis yang sombong dan angkuh tersebut tidak terima armada dari negeri Melayu itu melabuhkan kapalnya di samping kapal mereka yang memang lebih besar serta dengan peralatan dan navigasi terbaik pada masa itu. Namun, Hang Tuah tidak meladeni tindakan melecehkan dari para awak kapal asing itu, mengingat pula kapalnya berada di perairan negeri Cina, dia tidak mau nantinya terjadi bentrokan antara kedua belah pihak. Setelah menghadap Raja Cina dan bersilaturahmi dengan para pembesar negeri tersebut dengan saling menyerahkan cindera mata, rombongan Hang Tuah kemudian melanjutkan perjalanannya kembali ke Melaka.
Namun, rupanya di tengah perjalanan mereka diserang kapal-kapal Portugis yang memang sengaja menunggu dan ingin melampiaskan dendam mereka atas kejadian di pelabuhan Cina. Hang Tuah pun melayani kehendak bangsa Portugis, dan memberikan perlawanan. Layar telah dikembangkan, pantang kapal surut ke belakang. Hang Tuah dan perajuritnya berhasil mengalahkan armada Portugis. Bahkan Kapten dan seorang perwira Portugis melarikan diri ke Manila, Filipina. Dan, rombongan muhibah Laksamana Hang Tuah tiba dengan selamat di Melaka.
Suatu hari Raja Melaka beserta permaisuri dan seluruh pemangku kerajaan mengadakan acara wisata bersama ke Temasek, tentu saja Hang Tuah ikut serta mengawal dan mengiringi perjalanan Baginda Raja Shah Alam, di mana Tuan Bendahara juga turut serta. Ketika sampai di Selat Singapura, Raja melihat seekor ikan yang sebelumnya tidak pernah dilihat Baginda, ikan bersisik emas dengan bermatakan mutu manikam disekitar kapal. Ketika asyik terpana melihat ke permukaan air, mahkota Raja terjatuh ke laut Selat Singapura. Hal mana Hang Tuah pun sigap bertindak langsung terjun dan menyelam ke dasar laut. Ia berhasik mengambil mahkota itu tetapi sesuatu terjadi juga secara serta merta. Seekor buaya putih besar menyambarnya, sehingga mahkota terlepas dari tangannya, begitu pula keris Tameng Sari. Tiba-tiba saja buaya putih tersebut hilang ke dalam laut meskipun dengan kemampuan yang ada, Hang Tuah tidak dapat mengejar buaya putih yang bersama mahkota Raja serta keris sakti Tameng Sari tidak pula bisa ditemukan. Lenyap begitu saja.
Sejak kejadian itu, apatah lagi Baginda Raja kehilangan mahkota lambang singgasana kerajaan Melaka dan Laksamana Hang Tuah tidak bisa lagi menyelipkan keris Tameng Sari sebagai sahabat perisai diri. Keduannya menjadi murung, makan tak sedap tidur pun tiada lena. Badan dan tubuh menjadi sakit karenanya.
Sementara itu, jauh di benua lain, Gubernur Portugis yang berada di Manila merasa terhina dan marah besar atas laporan kekalahan perwiranya hingga lari dari pertempuran dihajar Laksamana Hang Tuah. Dia pun tak mau malu dan harus menebus kekalahan itu. Mereka menyiapkan armada tempur dengan peralatan persenjataan yang lengkap, ratusan meriam, 18 kapal dan 1.500 tentara yang telah beberapa bulan pula dilatih dengan seksama.
Di Selat Melaka, armada Portugis yang tersisa. Mereka hanya menembak angin tanpa manusia. Seluruh perahu petinggi dan tentara Melaka kembali ke kerajaan. Membiarkan pasukan Portugis membuang peluru dan mesiunya dengan sia-sia. Melihat hal yang demikian, pada akhirnya pasukan Portugis yang tidak seberapa lagi itu, dengan banyak pemimpinnya yang terluka, tak urung menarik sauh armadanya dan bergegas kembali ke Manila. Konon, pertempuran yang terjadi antara kedua belah pihak itu tanpa ada yang menang atau yang kalah. Kerajaan Melaka tetap tegak berdiri hingga beberapa masa.

Akhirnya versi ini sampai disini, seperti hikayat, kisah dongen pengantar tidur pada umumnya :( ... Adakah yang mengetahui kisah Hang Tuah sebagai sebuah sejarah ????

Ada satu lagi tentang review Hikayat Hang Tua yang ditulis di http://umrah.ac.id. Review yang satu ini saya agak mudah memahaminya :D. .......
Tujuan dan tema Hikayat Hang Tuah ditempatkan pengarangnya pada permulaan pengisahan.
“… Ini hikayat Hang Tuah yang amat setiawan pada tuannya dan terlalu sangat berbuat kebaktian kepada tuannya.” Jelaslah bahwa Hikayat Hang Tuah dimaksudkan oleh pengarangnya untuk menonjolkan ketokohan Hang Tuah dengan sifatnya yang taat dan setia kepada raja dan negara. Tokoh-tokoh lain diadakan, bahkan dikorbankan, untuk mendukung ketokohan Hang Tuah. Bukan hanya tokoh-tokoh yang tak terlalu ada kena-mengena dengan dirinya, bahkan, sahabatnya yang telah dianggap sebagai saudara kandungnya sendiri, Hang Jebat, harus dibunuh oleh Hang Tuah demi ketaatan dan kesetiaannya kepada raja (dan negara?).
Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu memang menjadi idola orang muda-muda Melayu, terutama Hang Tuah dan Hang Jebat. Kesempurnaan fisik dan sifat mereka sebagai wira sungguh memesona. Sifat mereka yang rajin menuntut ilmu dan bekerja keras memungkinkan mereka mengubah status diri dari hanya sebatas rakyat biasa menjadi pembesar negara. Mereka memperoleh status itu bukan secara terwaris, melainkan dengan jerih payah yang tanpa mengenal lelah dan putus asa. Keberanian mereka dalam membela negara tak ada tolok bandingnya.
Kecuali itu, jika Hang Tuah disebutkan “mulutnya dengan manisnya berkata-kata”, Hang Jebat pula diperikan oleh pengarang dengan “perkataannya keras”. Guru mereka Sang Aria Putera jauh-jauh hari lagi telah meramalkan bahwa kelima orang bersahabat itu akan menjadi pegawai besar.
Hang Tuah dan ketiga sahabatnya, sekali lagi kecuali Hang Jebat, juga diramalkan akan menerima nasib baik kemudian hari. Bahkan, Hang Tuah diberitahukan akan terbebas dari segala perbuatan hasad-dengki dan fitnah yang dihalakan (diarahkan) kepadanya. Akan tetapi, tak ada alamat baik yang disebutkan untuk Hang Jebat. Kesemuanya itu menjadi isyarat bahwa pada akhirnya Hang Tuah akan dipertentangkan dengan sahabatnya Hang Jebat.
Pada tokoh Bendahara Paduka Raja juga dapat diambil contoh ketaatan dan kesetiaan kepada raja dan negara. Selain itu, dari tokoh ini sangat patut ditiru kebijaksanaan, kearifan, dan kepiawaian dalam menyelamatkan negara dan raja. Dia pun adalah tokoh yang sangat santun berbahasa dan rendah hati. Dalam hal ini, Bendahara terkesan jauh lebih arif daripada raja sekalipun. Hanya karena jauh lebih tua dan tak bertempur langsung di medan perang, kendatipun dia yang mengatur strategi perang, Bendahara Paduka Raja berada di bawah ketokohan Hang Tuah.
Walaupun begitu, nilai-nilai patriotisme sangat ketara pada tokoh Bendahara ini. Ketokohannya mengingatkan orang akan tokoh Demang Lebar Daun di dalam Sulalat al-Salatin (Sejarah Melayu). (hmmm disini disebutkan lagi tentang Demang Lebar Daun, samakah dengan Demang Lebar Daun dari Palembang???? tanda tanya besar bagi saya #thinking) Tokoh raja pula diperikan sangat taksa, ambigu. Dia condong mempermainkan keadilan sesuai dengan seleranya, sewenang-wenang, dan sekehendak hatinya.
Kebijaksanaannya dalam menyelenggarakan negara dan memerintah membuat pembaca berasa kelam-kabut di dalam hati. Dari kebijaksanaannya yang terkesan tergesa-gesalah yang memunculkan tragedi “pendurhakaan” Hang Jebat. Hukuman mati yang dijatuhkan kepada Hang Tuah yang selama ini sangat taat dan setia kepada raja dan negara membangkitkan kemarahan Hang Jebat. Raja seolah-olah tak memiliki kecerahan dan kebeningan nurani untuk membedakan kasa dengan cindai; kaca dengan permata.
Secara objektif, pengarang seolah-olah hendak menegaskan bahwa selagi bernama manusia, raja pun memiliki kelemahan, di samping kelebihan yang ada padanya. Akan tetapi, para pembaca mempunyai tafsiran lain: “penguasa memang cenderung berlaku zalim.” Alhasil, tindakan Hang Jebat mendapat sokongan setidak-tidaknya dari sebagian pembaca.
Dalam keadaan serupa itu, tak ada jalan lain bagi Hang Jebat, selain menuntut bela. “Raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah,” ungkapannya yang terkenal itu terus terngiang-ngiang di dalam minda dan hati orang Melayu. Ungkapan itu menjadi setara, sejajar, sebanding, dan setanding dengan ucapanan Hang Tuah, “Tuah sakti hamba negeri, esa hilang dua terbilang, patah tumbuh hilang berganti, tak Melayu hilang di bumi.” Nampaknya, kedua tokoh ini terus dan selamanya berupaya berebut simpati pembacanya dengan pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku khas mereka masing-masing. Tindakan Hang Jebat itu mengingatkan kita akan “Sumpah Setia Melayu” antara Demang Lebar Daun dan Sang Sapurba di dalam Sulalat al-Salatin (Sejarah Melayu). Dalam hal ini, bukankah raja yang mengubahkan (mengingkari) Sumpah Setia itu?
Maka sembah Demang Lebar Daun, “Adapun Tuanku segala anak-cucu patik sedia jadi hamba ke bawah duli Yang Dipertuan; hendaklah ia diperbaiki oleh anak-cucu duli Tuanku. Dan, (jika) ia berdosa, sebesar-besar dosanya pun, jangan ia difadhihatkan, dinista dengan kata yang jahat; jikalau besar dosanya dibunuh, itu pun jikalau berlaku pada hukum syarak.
Maka titah Sang Sapurba, “Hendaklah pada akhir zaman kelak anak-cucu Bapa hamba jangan durhaka pada anak-cucu kita, jikalau ia zalim dan jahat pekerti sekalipun.
Maka sembah Demang Lebar Daun, “Baiklah Tuanku, tetapi jikalau anak buah Tuanku dahulu mengubahkan dia, maka anak-cucu patik pun mengubahkanlah.
Maka titah Seri Tri Buana,”Baiklah, kabullah hamba akan waad itu.
Maka keduanya pun bersumpah-sumpahlah, barang siapa mengubahkan perjanjiannya itu dibalik(kan) Allah subhanahu wa taala bumbungan rumahnya ke bawah, kaki tiangnya ke atas.

Yaaa begitulaah hasil pencarian tentang kisah Hang Tuah ... Tapi saya masih bingung hubungan antara Hang Tuah, Demang Lebar Daun, Bukit Siguntang ??????
Jikalau ada yang mengetahui tentang kisah Hang Tuah berdasarkan sejarah bukan sekadar Hikayat bisa posting di comment. Terima Kasih/Syukron/thanks/arigatou gozaimasu/nuhun.

Share

Sunday, May 6, 2012

SEROJA DAN SERUNI

Seroja dan Seruni adalah nama - nama bunga yang sering disebut - sebut dalam syair - syair dan pantun melayu. Saya mengenal kata "Seroja" dari sebuah lagu melayu, tetapi saya belum tau wujud bunga seroja. Lirik lagu "Bunga Seroja" Cipt Said Effendi

Mari menyusun seroja
Bunga seroja ah… ah…
Hiasan sanggul remaja
Puteri remaja ah… ah…
Rupa yang elok
Dimanja jangan dimanja ah… ah…
Puja lah ia oh saja
Sekadar saja
Reff:
Mengapa kau bermenung
Oh adik berhati bingung
Mengapa kau bermenung
Oh adik berhati bingung
Janganlah engkau percaya dengan asmara ..
Janganlah engkau percaya dengan asmara ..
Sekarang bukan bermenung, zaman bermenung ..
Sekarang bukan bermenung, zaman bermenung ..
Mari bersama, oh adik memetik bunga ..
Mari bersama, oh adik memetik bunga ..
Mari menyusun seroja
Bunga seroja ah… ah…
Hiasan sanggul remaja
Puteri remaja
Rupa yang elok
Dimanja jangan dimanja ah… ah…
Puja lah ia oh saja
Sekadar saja
pertama kali saya dengar lagu ini dinyanyikan oleh Iis Dahlia yang kemudian disinetronkan yang tayang di TPI, lupa tahun berapa, sekitar tahun 90-an. Lagu juga ini dippulerkan lewat film Laskar Pelangi yang dinyanyikan oleh tokoh Mahar. Pantun :
Bunga seruni si bunga seroja
Dipetik dipinggir rawa
Mari sholat dulu kita berjamaah
Semoga hidup kita jadi berkah
Begitu pun bunga Seruni, walaupun saya 4 tahun tinggal di Jl. Seruni dan kuliah S1 dan S2 di universitas dengan lambang bunga seruni, tapi saya belum tau bentuk asli bunga Seruni.
Bunga Seruni merupakan salah satu unsur (sebut saja seperti itu) pada lambang Universitas Sriwijaya yang melambangkan bahwa "Bunga Seruni sebagai lambang yang paling tua ditemukan dalam sejarah Sriwijaya. Pada lambang digambarkan mahkota bunga (corolla) dari bunga yang terpilin (marginal flower), berjumlah 31, berwarna kuning emas yang terpilin. Jumlah 31 melambangkan tanggal lahir Unsri pada tanggal 31 Oktober 1960 dan warna kuning emas melambangkan keagungan Sriwijaya. Mahkota bunga yang terpilin ke kanan yang mengakibatkan ujung kelopaknya mengarah ke kiri dimaksudkan bahwa Universitas ini berjalan seirama dengan perputaran jaman." Karena belum mengetahui wujud asli kedua bunga tersebut maka saya tergelitik untuk mencari informasi dengan cara googling seperti biasa :)
SEROJA
Seroja atau lotus (Nelumbo nucifera Gaertn) adalah spesies tumbuhan air tahunan dari genus Nelumbo yang berasal dari India. Di Indonesia tanaman ini sering kali disebut teratai (Nymphaea) walaupun sebenarnya keduanya tidak berkerabat. Seroja memiliki tangkai bunga tegak dan bunganya tidak mengapung di permukaan air,sebagaimana pada teratai. Seroja pernah dikenal dengan nama binomial Nelumbium speciosum (Willd) atau Nymphaea nelumbo.
Tangkai berbentuk tabung yang kosong di tengahnya untuk jalan lewat udara. Daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rimpang yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai, atau rawa. Tinggi tanaman sekitar satu meter hingga satu setengah meter. Daun tumbuh ke atas, tinggi di atas permukaan air.
Daun berbentuk bundaran penuh tanpa potongan, bergelombang di bagian tepi, dengan urat daun berkumpul ke tengah daun. Diameter daun dapat mencapai 60 cm. Permukaan daun mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun membentuk butiran air. Bunga dengan diameter sampai 20 cm. berwarna putih bersih, kuning atau merah jambu, keluar dari tangkai yang kuat menjulang di atas permukaan air. Bunga mekar di bulan Juli hingga Agustus.
Ada beberapa kultivar seroja dengan bentuk dan warna bunga yang beragam. Lotus (genus Nelumbo) merupakan lambang negara India. Bunga Seroja indah dipandang sehingga banyak digunakan sebagai penghias kolam di taman-taman.
Rimpangnya enak dimakan dan banyak digunakan dalam masakan Jepang, masakan Tionghoa, dan masakan India. Rimpang yang dimakan mentah dapat menjadi sumber penularan parasit Trematoda. Biji kaya dengan tepung sehingga bisa dimakan atau diolah menjadi bahan makanan. Biji yang direbus, dihaluskan dan dicampur gula menjadi isi Kue bulan yang dimakan pada Festival Pertengahan Musim Gugur (Mooncake festival). Di Tiongkok, biji yang masih muda diminum sebagai pengganti teh. Bongkol yang berlubang-lubang seperti sarang lebah dijual dalam bentuk kering sebagai pelengkap dalam seni merangkai bunga kering. Daunnya lebar sehingga sering digunakan sebagai pembungkus, terutama pembungkus ikan di pasar tradisional sebelum penggunaan kantong plastik menjadi populer.
Tanaman dapat berkembang biak dari biji yang sudah tua atau rimpang. Seroja dapat ditanam di pot berisi tanah berlumpur yang berair. Di zaman Mesir kuno, seroja dijumpai tumbuh bersama-sama dengan Teratai spesies Nymphaea caerulea di pinggiran sungai Nil. Bangsa Mesir zaman Firaun sangat memuliakan seroja, sehingga bunga, buah, dan daun kelopak dijadikan motif dalam arsitektur kuil. Dari Mesir, seroja dibawa ke Assiria dan menyebar ke Persia, India, dan Tiongkok. Pada tahun 1787, Sir Joseph Banks membawa seroja ke Eropa Barat untuk ditanam di dalam rumah kaca di kebun raya.
SERUNI
Bunga seruni, krisan, atau krisantemum adalah sejenis tumbuhan berbunga yang sering ditanam sebagai tanaman hias pekarangan atau bunga petik. Tumbuhan berbunga ini mulai muncul pada zaman Kapur. Bunga seruni adalah bagian dari tumbuhan suku kenikir-kenikiran atau Asteraceae yang mencakup bermacam-macam jenis Chrysanthemum.
Bunga nasional Jepang ini dalam bahasa Jepang disebut sebagai キク (kiku). Karena aromanya yang wangi , bunga ini sering di tambahkan ke dalam teh agar lebih wangi dan nikmat. Bunga seruni dijadikan sebagai bunga kelahiran bulan November (sama halnya dengan batu topaz) dan menurut ilmu feng shui (bagi yg percaya feng shui y ... klo gak percaya abaikan saja ... yang pasti semua sudah ditulis oleh Sang Pencipta jd tidak ada yang akan tertukar ;) ...) bunga seruni atau krisan ini dapat membawa kebahagiaan dan tawa di dalam keluarga.
Bunga krisan juga mempunyai arti keceriaan, pesona, optimis, kelimpahan, keberuntungan, persahabatan dan cinta rahasia. Bunga krisantemum atau bunga seruni amat berkaitan dengan bunga daisy. Dalam bahasa Yunani arti krisanthemum adalah bunga emas, dan jenis bunga krisanthemum yang tertua adalah bunga krisanthemum Cina yang bentuknya mirip dengan bunga daisy di Cina juga. Bunga krisanthemum Cina tersebut telah dikultivasikan sekitar 2,500 tahun sebelum diperkenalkan ke Eropa dan sekarang bunga seruni ini telah banyak ditanam di negara Barat dan Eropa bahkan bunga krisan ini diangkat menjadi bunga nasional negara Jepang.
Tinggi tanaman krisanthemum ini bisa mencapai 2 sampai 6 inci (5-180 cm). Warnanyapun bervariasi seperti merah-muda, oranye, merah, merah gelap, dan kuning. Sebagai bunga potong bunga seruni ini bisa bertahan sampai lebih dari 2 minggu. Seperti yang kita ketahui di Indonesia dan di negara negara tertentu di Asia bunga krisanthemum ini sering dicampur dengan air panas untuk diminum dan dipercayai bisa menyembuhkan demam, sakit tenggorokan dan influenza, dan minuman ini dikenal dengan nama “chrysanthemum tea” atau “teh kembang” kalau di Indonesia. Tapi saya orang yang tidak menyukai Teh ini :D
Bunga krisanthemum atau disebut juga dengan julukan bunga musim gugur ini juga mengandung pyrenthrum suatu zat yang bisa membantu mengusir berbagai kutu dan sejenis hama lainnya, bunga seruni juga dapat membantu melancarkan peredaran darah dan urat nadi. Karena penasaran dengan si Seruni ini makanya saya ketemu dengan website yang membahas tentang bunga seruni dengan bahasa yang begitu indah, seperti:
Bunga seruni tidak seindah dan semenarik seperti bunga-bunga lain, juga tidak memiliki bau wangi yang bisa membuat orang mabuk kepayang. Dia selalu tumbuh dalam terpaan angin dan hujan yang dingin, diam-diam menanggung kesendirian dan kesepian di dalam dunia ini.Senantiasa mempertahankan keacuhan dan kehambarannya yang khas.
Namun, kehambarannya justru memiliki kekhasan, rupa dan kecantikan tersendiri, yang dapat disejajarkan dengan anggrek, bunga persik dan bambu. Dimana keempatnya dikenal sebagai ‘empat budiman’ dalam jajaran tanaman.Dia adalah bunga yang rupawan dan cantik, menantang salju dan embun es. Berdiri sendiri dalam udara dingin musim gugur. Watak bunga seruni yang tidak takut dengan dingin ini membuat semua orang mengaguminya. Saat mengamati bunga seruni, nampak bagaikan seorang petapa diantara bunga jenis yang lain.
Di saat musim semi hampir berakhir, maka puluhan ribu bunga-bunga yang lain akan berguguran dan layu, hanya bunga seruni yang diam-diam tumbuh di ladang rumah penduduk desa, di pagar-pagar kayu dan bambu. Beberapa bayangan bunganya di atas tembok sedang beradu kecantikan dengan embun es.
Dalam tiupan angin yang dingin menusuk tulang di musim gugur, kita dapat merasakan ketidak peduliannya terhadap kondisi sekelilingnya yang kurang menguntungkan, ia hidup dalam kehambaran. Bentuk bunganya yang sangat indah, dengan corak warnanya yang cantik, anggun mulia dan tiada bernoda, sejak dulu dipandang sebagai lambang dari watak yang jujur dan agung, serta anggun dan suci.

waduuh #tepokjidat klo tau gini, kedua bunga ini dah sering saya temui :D tapi yaa begitu namanya yang berlaku sekarang bukan nama aslinya padahal nama aslinya jauh lebih indah :)

Source :
wikipedia
http://unsri.ac.id/
http://elevenmillion.blogspot.com/
http://betawipost.com/
http://www.epochtimes.co.id

Share

Thursday, May 3, 2012

Garassu No Kamen Chapter 30 (Betsuhana Vol 49)

karena di kantor masih nyantai dan untuk mengisi waktu yang kosong daripada ngantuk di kantor plus lagi sendiri di kantor ... akhirnya kita ngubek2 oom google utk nyari tentang Maya dan Masumi yg ter-update, tapi sayangnya cerita update kali ini si yayang Masumi Hayami gak nongol. Tapi paling tidak tahu donk kelanjutan cerita si Topeng Kaca. news update ini di dapat dari spoler summary agan2 di murasaki no yume. Naah nii dia exsum nya y . ===================================================================================== It begins with Ayumi and Hamil. Ayumi’s maid is worried because the night before Ayumi returned home very late with Hamil. Ayumi realizes that certainly what happened with Hamil and their recent "closeness" will make the rounds of the newspapers. The next day, Maya is on her way to the station when she happened to hear a conversation between a young couple, however, realizes that perceive their emotions are different from normal, Maya began to live as Akoya and everything he sees, feels, is treated as Akoya. During the tests both companies are on the same piece, a scene where Maya and Ayumi must recite jokes are very difficult to beat on .. hear and feel what's around even when things do not have a name. As Ayumi tries, she fails to understand the jokes like the rest of the actors ... and Ayumi think that she is absolutely unable to interpret the Goddess. Instead, Maya, reciting those lines immediately understand what they say and say them perfectly, as Maya in the end, is living as Akoya. At the end of rehearsals, Kuronuma realizes that Sakurakouji is still very cold towards Maya and asks him the reason. The boy then explained that after the accident he realized how important the theater is to him and he now sees Maya as a great rival. It's night time, Ayumi is being taken back home by Hamil when, before getting into the car his keys fall and he cannot find them. However Ayumi, only by the sound the keys made, told him where they fell. Then when he uses his lighter for light, she remembers the tests done with many candles and suddenly finally understands the meaning of the lines that she had so many problems to play that day. A bit more on Kuronuma and Sakurakoji: Kuronuma notices Sakurakoji’s distance towards Maya and tries to investigate. He starts off by asking Sakurakoji "how's your leg" and then asks him what happened with Kitajima and that he notices that for a while the atmosphere between them has changed. Sakurakoji says that after the accident he realized how much he loves the theater and how important it is for him and how he does not want to get beaten by Maya once on the stage. He says that prior to being friends, they are rivals. Kuronuma does not believe much but tells him to enjoy the play. He mentions something about everyone wanting to start over from square one now that they’ve seen the location chosen by Tsukikage sensei.

Share

Ikuuuut yuuuuks ........