Film ini diangkat dari novel best seller Tere Liye yang sudah dicetak 15 kali (kalo gak salah), saya membaca novel ini sudah sangat lama sekali masih awal - awal diterbitkan, saking sudah lamanya sekarang saya sudah tidak mengetahui dimana buku itu berada. Novel ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan berumur 6 tahun yang survive dari ganasnya Tsunami tahun 2004. Anak ini bernama Delisa, anak keempat dari 4 bersaudara yang lahir dari pasangan Usman dan Salamah yang dipanggil oleh ke empat anak mereka dengan sebutan Abi dan Ummi yang tinggal disebuah desa di tepi pantai Lok Ngah Aceh. Karena kejadian tsunami, Delisa harus kehilang Ummi dan ketiga saudara nya (Fatimah, Zahra dan Aisyah). Kalo mau lengkapnya baca bukunya aja deeh :)
Saya merupakan salah satu fans karya - karya Tere Liye. Hampir semua karya Tere Liye saya miliki dan selesai saya baca kecuali The Gogons karena menurut sang penulis stocknya kosong. Seperti Cintaku antara Jakarta dan Kuala Lumpur (cerita yang lucu kirain beneran si tokohnya bakalan merit sama Siti Nurhaliza ternyata itu mimpinya si tokoh utama dalam buku ini hahahaha ), mimpi - mimpi si patah hati, moga bunda disayang Allah (menurut Tere Liye cerita ini terinspirasi dari kisah Helen Keller), Hafalan Shalat Delisa, Rembulan Tenggelam di wajah mu, Bidadari - Bidadari Surga, Burlian, Pukat, Daun yang jatuh tak pernah membenci Angin, Eliana, Kisah Sang Penandai, Ayahku (bukan) Pembohong, Senja Bersama Rossie (dicetak ulang dengan judul Sunset Bersama Rossie).
Sebagai informasi sebelum memakai nama pena Tere Liye sang penulis memakai nama pena Sendutu Meitulan dan Maibelopah.
Kembali ke Film Hafalan Shalat Delisa, karena saya sudah membaca novelnya maka ketika Sang Penulisnya mengumumkan akan dibuat Filmnya saya merupakan salah satu dari orang - orang yang menunggu visual dari buku yang best seller ini.
Ketika kemudian di Facebook Darwis Tere Liye di posting Trailler nya saya langsung membukanya saya membayangkan sepertinya Film ini akan sehebat bukunya dimana soundtrack lagunya oleh Rafly yang semua rakyat Indonesia pasti pernah mendengar suara Rafly penyanyi Aceh di lagu Aneuk Yatim yang sepanjang dan setiap hari diperdengarkan diseluruh stasiun Televisi di Indonesia ketika kejadian tsunami Aceh 2004.
Saya mengikuti info tentang Film ini mulai dari Facebook Sang Penulis maupun Grup dari Film Hafalan Shalat Delisa ini sendiri dan twitter. Ketika di Facebook dan Twitter ada pemberitahuan kalau akan ada temu muka dengan para pemain Hafalan Shalat Delisa di Bandung Super Mall pukul 15.00 WIB tanggal 24 Desember 2011, makanya saya dan istri bos beserta anak - anaknya bergegas menuju TKP melewati kemacetan Kota Bandung yang padat merayap pengen nangis saking, sesampainya di TKP pukul 16.00 WIB sepertinya acara baru mulai dan pemainnya juga terjebak macet :D. Acara temu muka ini diawali dengan pertanyaan MC ke para pemain tentang peran mereka di Film ini dan penjelasan bahwa film ini memakai teknologi CGI (Computer Graphic Information) seperti yang dipakai di film2 luar mereka membandingkannya dengan film Breaking Dawn. Bagi pengunjung yang membeli tiket minimal 3 bisa menukarkan tiketnya dengan merchandise berupa poster. Bagi penonton yang telah dan akan menonton diajukan pertanyaan tentang film ini, pertanyaan diajukan langsung oleh pemainnya (Reza Rahardian dan Nirina Zubir), saya kebagian mendapat pertanyaan sebagai penonton yang akan menonton (karena kami mendapat tiket yang jam 18.15), pertanyaannya standar "kenapa ingin nonton Hafalan Shalat Delisa?" yang diajukan oleh Reza Rahardian, yaaa saya jawab aja apa adanya karena saya adalah fans Tere Liye (maaf y saya bukan fans Reza rahardian ataupun salah satu pemainnya) saya sudah membaca bukunya jauh sebelum film ini heboh mau diangkat ke layar lebar, jadi saya ingin melihat seperti apa seeh versi filmnya apakah ada perbedaan dg bukunya. yee si doi sama mc nya langsung berubah air mukanya. Si Reza Rahardiannya bilang gini "oo karena menyukai karya2 Tere Liye dan akan menunggu karya Tere Liye yg lain yang akan di film kan" ... yaa iyaalaaah kalo itu seeh gak usah disebutin :D, kalau nirina zubirnya bilang dan sepertinya sekalian menjelaskan ke mc nya klo Tere Liye sang penulis sudah mempunyai fans sendiri, dan dibilangnya kalo nonton film ini pikiran dikosongkan ... hedeh ... jangan - jangan pemain - pemainnya juga baru baca bukunya karena mau jadi pemeran di film ini aja ... dan yang bener ketauan gak tau apa- apa tentang penulisnya dan kemungkinan besar belum membaca novel ini adalah kedua MC dari salah satu radio anak muda Bandung, jangan - jangan mereka juga gak tau kalo penulisnya tinggal di Bandung ... capeeee dech ...
Selesai bertanya jawab dengan pemainnya kebetulan anaknya bos membawa novel Hafalan Shalat Delisa karena dikirain Tere Liye nya bakalan ikut datang ternyata gak ada ya udaah minta tanda tangan pemainnya aja ...
Sebagai Informasi Film ini diperankan oleh Chantiq Schagerl as Delisa, Reza Rahardian as Abi Usman, Nirina Zubir as Ummi Salamah, Ghina Salsabila as Fatimah, Reska Tania Apriadi as Aisyah, Riska Tania Apriadi as Zahra, Joe P Project as Koh Acan, Al Fathir Muchtar as Ustadz Rahman, Loide Cristina Teixeira as Suster Sofie, Mike Lewis as Prajurit Smith yang distrudarai oleh Sony Gaokasak dari Rumah Produksi Starvision.
Temu muka dengan para pemain usai pukul 17.00 WIB karena masih ada waktu satu jam lagi maka kami memutuskan untuk mengisi perut yang sedari pagi belum diisi di foodcourt BSM.
Ternyata setelah ditonton tidak seperti yang saya bayangkan ketika melihat trailler nya, bahasa pemainnya sangat kaku melafazkan logat melayu, aktingnya juga kurang smooth untuk anak2 dan pemain bulenya, visual effect yang masih kasar, ada gambar tempat delisha bertemu dengan ummi yang diartikan oleh penonton sebagai surga dan pinyu surga tempat Delisa berisah dengan Ketiga kakaknya, Kak Nur sang ibu guru, Tiur dan ummi Tiur ... hedeh merusak pemandangan buanget knp gak dibuat seperti di tengah padang rumput yang hijau dan yang paling membingungkan pada saat - saat terakhir film ketika Delisa ujian Hafalan Shalat dengan Ustadz Rahman (di bukunya dengan Kak Ubai), ketika Delisa Shalat dia bertemu dengan ibunya yang sudah tidak bergerak lagi yang salah satu tangannya memegang kalung dengan huruf D untuk Delisa, disitu digambarkan bahwa jasad ibunya masih utuh. Awalnya saya mengira pertemuan itu adalah sebagai imajinasi Delisa tetapi diakhir cerita diperlihatkan Delisa yang memakai kalung berinisial D yang diperlihatkan ke Abi, kalau begitu gambar pertemuan dengan umminya itu adalah nyata dan bukan imajinasi Delisa, jika nyata kok jasad ummi masih utuh sedangkan waktu kejadian tsunami sampai ketemu oleh Delisa itu pastinya sudah berbulan - bulan .... Aneh bin Ajaib ... Sebelum film ini dibuat Sang penulis memberitahukan kalau ada perbedaan dengan bukunya, walaupun ada perbedaan dibuatlah sehalus mungkin perbedaan itu yang masih bisa diterima oleh logika penonton ... agak kecewa dengan filmnya ...
Sunday, December 25, 2011
Hafalan Shalat Delisa (Film)
Label: Hafalan Shalat Delisa, Starvision, Tere Liye
Diposkan oleh Norma Puspita di 2:22 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment