Pagi ini saya dibangunkan oleh lantunan irama instrument Kitaro 'Koi', dengan raga yang belum sepenuhnya berada ditempat semestinya, tanganku berusaha menggampai HP diatas meja disamping tempat tidurku.
'Siapa pagi - pagi begini nelpon, gak tau apa orang masih tidur'
Ternyata nomor telepon rumah ayahcik, ayahcik adalah adik laki - laki ayah yang urutan ke 5, satu - satunya keluarga dekat yang ada di Palembang. Dan sepertinya dah dua kali missed call, dan tidak berapa lama kemudian ada sebuah pesan singkat yang menyusul.
'Nanti aja dech buka SMSnya, mandi dulu ah......., waduh.. jam setengah 9'
cepat - cepat saya mengambil handuk yang ada di jemuran depan kamar dan langsung menuju kamar mandi.
Baru teringat olehku kalo sebenarnya hari ini ada jadwal senam PKS jam 6 di lapangan parkir DPRD, dan jam setengah 10 ada Liqo.
Selesai mandi, baru SMS tadi dibuka yang isinya 'Ass. Wo dtglh kermh ado wak itam dng dek dodi. vina.'
'Wak Itam? Siapa Wak Itam?'ujarku sendiri.
Setelah diteliti lagi dan baru saya ingat kalo wak itam itu adalah julukan untuk anya (tanteku) dari sepupuku yang paling kecil.
Untuk ukuran kampung kami panggilan Wak diperuntukkan untuk kakak perempuan ayah,
sedangkan 'Anya' adalah panggilan untuk adik perempuan ayah. Tante kami ini adalah anak kakek nenek yang nomor 4 sedangkan ayahku anak nomor 2. Jadi kalo kami memanggil tante dengan sebutan Anya sedangkan sepupu - sepupu dari ayahcik memanggil tante dengan sebutan Wak. Karena tanteku/Anya mempunyai kulit yang gelap dibanding anak - anak nenek yang lain maka sepupuku yang masih duduk di kelas satu SD memanggilnya dengan sebutan Wak Itam.
Setelah dibaca SMS tadi langsung di Reply 'Insha Allah gek siang yo, balik dari wo ngaji'.
Oh iya, 'Wo' itu adalah panggilan untuk kakak perempuan tertua. Karena saya adalah anak perempuan pertama dikeluarga jadi semua adik - adik sepupu memanggil saya dengan sebutan 'wo'.
Selesai dari Liqo jam sebelas siang tadi langsung saya meluncur dengan angkot ke rumah ayahcik.
Sampai disana langsung makan siang (lumayan menghemat buat anak kost, hehehe........)
Setelah ngobrol ngalur ngidul, pertanyaan - pertanyaan dan kuliah umum yang selalu saya hindari dari keluarga besar mulai dilancarkan oleh Anya dan nenekku, yaitu pertanyaan dan kuliah tentang 'kapan wo kami ini jadi penganten?'
Capee dech.........
Dan seperti biasa saya pasti tanggapi dengan senyuman dan 'nek, setiap orang kan ada waktunya kapan ketemu jodohnya', setelah itu saya kabur dari mereka dan memilih bergabung dengan sepupu - sepupu saya yang kecil - kecil (menurut umur ya... kalo menurut badan sepertinya ukuran badan mereka jauh dibanding saya, hehehe.......)
Setelah Ashar, Anya nyiapin untuk bikin makanan tradisional dari kampung kami yang terbuat dari campuran pisang, beras ketan dan kelapa parut kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus, yang menurut Anya disebut dengan 'Buak'kalo di kampung kami.
Nenekku menyarankan supaya saya pulang ke kostnya setelah si Buak ini selesai dimasak, tetapi untuk menghindari kuliah umum lanjutan dari nenek dan Anya sepertinya lebih cepat lebih baik saya pulang ke kost.
Alhasil, tanpa menunggu Ayahcik pulang dari kebun di Indralaya, saya memutuskan pulang ke kost.
Sunday, December 28, 2008
Anya (Tante) Datang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment