Keimanan seorang anak manusia ada naik dan turunnya seperti roda. Untuk mencapai tempat yang tinggi dalam iman itu sama seperti mendaki bukit/gunung dengan merangkak mengerahkan segenap tenaga untuk mempertahankan posisi agar tetap seimbang, mengeraskan tekad yang membaja untuk menghalau semua rintangan dalam pendakian, tetapi jika turun dia meluncur seperti permainan jet ski diatas hamparan es kutub utara, langsung meluncur ke bawah.
Futur dimulai dari sholat fardhu yang selalu diundur waktunya dan dilaksanakan setelah menit – menit terakhir. Kemudian berkurangnya sholat malam, yang biasanya setiap malam berkurang jadi 2 kali per minggu. Ditambah dengan tilawah yang moody, biasanya tilawah setiap habis sholat fardhu menjadi tilawah moody alias tilawah menurut mood. Hafalan yang gak maju – maju, ditambah sholat dhuha kalo inget . Liqo-nya selalu telat datang atau jarang datang.
Untuk keluar dari kondisi futur selalu disapa dengan sapaan
‘yang penting kan wajibnya dah dilaksanakan’
Atau
‘tanggung, sedikit lagi kok’
Atau
‘malas ah, hari ini istirahat aja dirumah’
Ditambah godaan di dunia modern dan katanya globalisasi membuat jalan pendakian menjadi semakin curam, terjal dan berbatu cadas.
Padahal perjalanan mendaki bukit iman hanya menggunakan Rukun Islam, Rukun Iman, Al-Qur’an dan Al-Hadits, bagi orang – orang berpikiran.
Monday, December 22, 2008
Lagi Futur.......... / Futur Lagi.........
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment